Arca Joko Dolog Peninggalan Sejarah Di Surabaya



Salah aset sejarah yang dimiliki kota Surabaya adalah Arca Joko Dolog, yang terletak di Jl. Taman Apsari, Genteng Surabaya. Lokasi arca yang terbuat dari batu ini, di tengah kota Surabaya, disamping kiri sebuah kantor pos yang menghadap ke rah barat.

Dengan kata lain, kurang lebih seratus meter di depan arca Joko Dolog, berdiri sebuah kantor pos kecil. Berarti arca Joko Dolog, menghadap ke utara. Tidak jauh dari kantor pos kearah utara berdiri Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur, menghadap ke selatan yang berada di Jl. Gubernur Suryo.



Di seberang kantor pos ada sebuah taman yang indah. Perlu diketahui bahwa taman ini dulunya adalah sebuah lapangan dan lebih banyak digunakan untuk berlatih bola voli. Sekitar tahun  60an, ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar, saya sering berkunjung ke bekas lapangan ini untuk menyaksikan latihan dan pertandingan bola voli.

Perlu saya informasikan bahwa saya kelahiran Surabaya, dan rumah orang tua di Jl. Plemahan, berjarak kurang lebih setengah kilometer dari jl. Taman Apsari. Bagi anak-anak, jarak tersebut terbilang tidak jauh. Sambil bercengkarama dengan teman, tiba-tiba sudah berada di lapangan.



Kembali ke arca Joko Dolog. Apa dan siapa patung Joko Dolog tersebut? Salah satu raja Jawa yang melegenda, adalah Ken Arok pendiri kerajaan Singosari. Salah satu keturunannya, adalah Kertanegara yang juga menjadi raja.

Dan patung tersebut dibuat untuk menghormati Kertanegara, anak dari Wisnu Wardhana, sebagai raja Singosari pada saat itu, karena kebijaksanaan, pengetahuan yang luas di bidang hukum dan ketaatnya kepada agama Budha.



Berikut saya kutipkan, tulisan yang tertera di sebuah bingkai kaca yang ada di lokasi :” Arca Joko Dolog menurut legenda dibuat pada tahun 1289 Masehi sebagai bentuk penghormatan kepada raja Kertanegara yang memerintah Kerajaan Singasari pada saat itu.”

Arca tersebut ditemukan pada tahun 1812 di desa Bejijong Trowulan Mojokerto dan dibawa/dipindahkan ke Surabaya pada tahun 1817 dengan rencana akan dibawa ke negeri Belanda, tetapi karena sesuatu hal akhirnya ditinggalkan di tepi sungai dan pada akhirnya arca tersbut dipindahkan lagi di jalan Taman Apsari No. 1 sampai sekarang.”

Posisi arca Joko Dolog duduk bersila dan alas tempat duduknya bertuliskan prasasti dan prasasti tersebut disebut dengan prasasti Wurare. Seperti yang dilansir laman, id.wikipedia.org, prasasti Wurareadalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca Mahaksobhya di sebuah tempat yang bernama Wurare (sehingga prasasatinya disebut Prasasti Wurare).

Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka atau 21 Nopember 1289 Masehi. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap keturunannya telah mencapai derajat Jina (Budha Agung).

Bukan hanya sebagai daerah tujuan wisata, keberadaan arca Joko Dolog, dijadikan tempat untuk mengadakan ritual oleh orang-orang dengan kepercayaan dan agama tertentu. Terbukti adanya wadah-wadah yang dijadikan tempat pembakaran hio atau kemenyan dengan baunya yang khas.

Perlu juga saya sampaikan bahwa,  di pelataran sekitar arca utama Joko Dolog, berserakan patung-patung atau arca-arca kecil dengan berbagai bentuk. Sayangnya tidak ada keterangan, itu patung apa dan fungsinya apa. Namun demikian disisi lain, arca-arca tersebut bisa dijadikan spot-spot foto yang menarik bagi mereka yang punya hobi fotografi.

Saya sempat berbincang dengan juri kunci, orang yang mengaku sebagai juru kunci. Namun saya lupa namanya. Dia menyampaikan bahwa saya diminta usul ke Pemerintah agar  tempat patung Joko Dolog berada ini dipugar.

Kepada orang tersebut saya bilang bahwa saya ini bukan siapa-siapa. Tapi dia berargumen bahwa, mungkin kalau saya yang mengusulkan akan diperhatikan karena saya berasal dari Jakarta.

Menurut saya memang tempat Arca Joko Dolog ini bukan hanya perlu dipugar, tetapi juga diadakan penelitian ulang, untuk mengorek infomasi arca-arca yang bertebaran, karena menutut hemat saya, kondisi batu-batu berpahat ini juga umurnya tidak kalah tuanya dengan Arca Joko Dolog itu sendiri.

Untuk berkunjung ke tempat bersejarah ini pengunjung tidak dikenakan biaya. Tapi disediakan buku tamu dan kotak uang. Pengunjung bisa meyumbangkan uangnya berapa saja jumlahnya, untuk perawatan dan konsumsi penjaga.

Sedangkan tempat parkir cukup untuk 5 mini bus. Sedangkan untuk kendaraan besar bisa memuat 3 bus besar. Tidak ada tukang parkir resmi.

Di akhir tulisan ini saya sampaikan bahwa, mari kita lestarikan, pertahankan dan jaga aset sejarah ini agar tidak rusak, dicuri atau area ini tidak dijadikan Kawasan bisnis, karena keberadaannya ditengah-tengah kota.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Arca Joko Dolog Peninggalan Sejarah Di Surabaya"

Post a Comment